Sabtu, Oktober 10, 2009

Hospitalisasi pada anak

1. PENGERTIAN HOSPITALISASI

PENGERTIAN

Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT HOSPITALISAI ADALAH :
1. Perubahan konsep diri.
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citra tubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diri dan identitasnya.

2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.

3. Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.

4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis, tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.

5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah dengan pasangan dan terasing dari orang yang dicintai.

PENGKAJIAN HOSPITALISI PADA ANAK
1. Biodata
2. Penanggung Jawab
3. Data psikososial
a. Kecemasan / ansietas
i. Kaji penyebab kecemasan
Yang berhubungan dengan perpisahan.Ø
Lingkungan baru ( Rumah sakit)Ø
Stranger anxity ( Perawat, dokter dan petugas RS yang lain)Ø
Perubahan dalam interaksi teman sebaya.Ø
ii. Kaji manifestasi fisik
KegelisahanØ
PalpitasiØ
Semburat merah atau pucatØ
DiaporosisØ
InsomniaØ
Peningkatan frekwensi jantungØ
Perubahan intonasi suaraØ
GemetarØ
Peningkatan frekwensi pernafasanØ
iii. Kaji manifestasi psikologis / emosional
IrritabilitasØ
Marah meledak-ledakØ
Menarik diriØ
MenangisØ
Reaksi terkejutØ

b. Ketakutan
i. Kaji penyebab ketakutan
Prusedur tindakanØ
o Perawatan di Rs
o Prosedur invasive
o Operasi
o Anietesi
o Radiasi
Situasional (personal / lingkungan)Ø
o Lingkungan baru ( pertama kali opname)
o Orang-orang baru 9Petugas Rumah Sakit)
o Pergantian atau kehilangan orang-orang terdekat.
Pengaruh dari penyakitØ
o Kehilangan bagian tubuh
o Kehilangan fungsi tubuh
o Ketidak mampuan karena penyakit
o Ketidak tahuan penyakitnya.
ii. Kaji manifestasi prilaku ketakutan
MenghindariØ
Menangis / rewelØ
MenyerangØ
Terlalu waspadaØ
Tidak kerasan di Rumah sakitØ
Tingkah laku konpulsif.Ø
iii. Kaji aktivitas somatic / manifestasi fisik.
Muskuloskletal ( gemetar, otot tegang, keletihan / kelemahan anggota badan )Ø
Kardiovaskuler ( palpitasi, nadi cepat, TD meningkat)Ø
Pernafasan ( nafas dangkal, frekwensi meningkat)Ø
Gastrointestinal ( anoreksia, mual/muntah, diare atau dorongan defekasi)Ø
Genito urinaria ( sering/dorongan kencing, ngompol)Ø
Kulit ( kemerahan / pucat, berkeringat)Ø

c. Hostolity ( rasa bermusuhan )
i. Kaji penyebab hostility.
Mengeluarkan kata-kata kotorØ
Menolak dilakukan prosedur invasiveØ
Menyerang perawatØ
ii. Kaji asfek fisik
Wajah merahØ
Tangan dikepal, reflek cepat.Ø
Tekanan darah meningkatØ
Nadi cepatØ


ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KEHILANGAN

Kehilangan merupakan suatu kondisi dimanan seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN, TERGANTUNG ;
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu

KEHILANGAN DIBAGI DALAM 2 TIFE ;
1. Aktual atau nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang yang sangat berarti / di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.

FAKTOR MENYEBAB KEHILANGAN:
1. Kehilangan orang yang dicintai / dihormati
Bersifat permanent ==> tidak dapat kontak personal.
2. Kehilangan kesejahteraan fisik, psikologik dan social.
3. Kehilangan objek diluar diri sendiri
4. Kehilangan karena perpisahan dengan lingkungan yang dikenal.

RENTANG RESPON KEHILANGAN


Denial-----> Anger-----> Bergaining------> Depresi------> Acceptance

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
b. Verbalisasi;” itu tidak mungkin”, “ saya tidak percaya itu terjadi ”.
c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah.

2. Fase anger / marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.

3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pada saya ? “ kalau saja yang sakit bukan saya “ seandainya saya hati-hati “.

4. Fase depresi
a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
b. Verbalisasi ;” apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “ yah, akhirnya saya harus operasi “

PENGKAJIAN
Data yang dapat dikumpulkan adalah:
a. Perasaan sedih, menangis.
b. Perasaan putus asa, kesepian
c. Mengingkari kehilangan
d. Kesulitan mengekspresikan perasaan
e. Konsentrasi menurun
f. Kemarahan yang berlebihan
g. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.
h. Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan.
i. Reaksi emosional yang lambat
j. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas.


Dari data yang diperoleh dapat dirumuskan diagnosa keperawatan:
Gangguan hubungan interpersonal berhubungan dengan berduka disfungsional.

INTERVENSI :
Tujuan Umum;
Klien mampu melakukan hubungan interpersonal tanpa hambatan.Ø

Tujuan khusus;
Klien mampu;
a. Mengungkapkan perasaan berduka
b. Menjelaskan makna dari kehilangan
c. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai.
d. Membina hubungan baru yang bermakna.
e. Mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi kehilangan.

Tindakan keperawatan ;
1.1. lakukan pendekatan dengan prinsip hubungan perawat – klien yang terapiutik
• Empati dan perhatian
• Jujur dan tepati janji
• Terima klien apa adanya
1.2. Beri dorongan klien mengungkapkan perasaan berdukanya
1.3. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien, jangan menghukum / menghakimi.

2.1. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
2.2. Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
2.3. beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
2.4. Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.

3.1. sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur
3.2. ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang berhubungan dengan setiap tahapan.
3.3. dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling berbagi.

Bantu klien dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungannya.
Bantu mengidentifikasi aktifitas yang disukai dan dorong klien untuk melaksanakannya
Libatkan klien dalam aktivitas motorik
Beri umpan balik positip atas keterlibatan klien dalam aktivitas.

5.1. Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan pada keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
5.2. Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan ungkapan klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.

EVALUASI
Respon klien dinilai berdasarkan pertanyaan dibawah ini :
1. Apakah klien sudah dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan ?
2. Apakah klien dapat menjelaskan makna kehilangan terhadap hidupnya ?
3. Apakah klien mempunyai system pendukung untuk mengungkapkan perasaannya ?
4. Apakah klien menunjukan tanda-tanda penerimaan terhadap kenyataan kehilangan ?
5. Apakah klien sudah dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan orang lain ?
6. Apakah klien sudah mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi akibat kehilangan ?

DAFTAR PUSTAKA :
1. Marmis.Wf: catatan ilmu kedokteran jiwa, Airlangga University Press, Surabaya 1994
2. Residen bagian Psikiatrik UCLA; Buku saku Psikiatrik, ECG, Jakarta 1997.
3. Maslim. Rusdi; Diagnosis Gangguan Jiwa> Rujukan Ringkasan dari PPDGJ –III.Jakarta 1997.
4. Ingram.et.al: Catatan kuliah Psikiatrik, ed 6.ECG, Jakarta 1995
5. Stuart and Sundeen; Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3 ECG. Jakarta 1998.


2. STRESOR DAN REAKSI ANAK SESUAI TINGKAT USIA

Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai :
1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor

Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga

Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit

Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi :
1.Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian
2.Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.
3.Privasi yang terhambat
Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian

Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1.Berpisah dengan orang tua dan sibling
2.Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan diawali oleh situasi yang asing.àbinatang buas
3.Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
4.Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
5.Prosedur yang menyakitkan
6.Takut akan cacat atau mati.

Stressor pada Infant
Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )
-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas

Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah
2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan
3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira

Kehilangan Fungsi dan Kontrol
Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak

Gangguan Body Image dan Nyeri
-Infant masih ragu tentang persepsi body image
-Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
-Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.

STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH
Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi.

Pengertian anak tentang sakit

-Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
-Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
-Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.

Separation /perpisahan
-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
-anak sering mimpi buruk

Kehilangan fungsi dan control
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.

Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas

Gangguan Body Image dan nyeri
-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan

STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan
Pengertian tentang sakit
-anak usia 5 – 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus istirahat di tempat tidur
-Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang di alaminya.

Separation /Perpisahan
-Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi.
-Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
-Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.

Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
-Bag anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak frustasi, marah dan depresi.
-Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka terhambat.

Gangguan body image dan nyeri
-anak mulai menyadari tentang nyeri
-Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.


STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
-Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.
-Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

Separation / Perpisahan
-Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
-Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
-Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman

Kehilangan fungsi control
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

Gangguan body Image
-Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
-Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya

STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA

Pengertian tentang sakit
-Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
-Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.

Separation / Perpisahan

-Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
-Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika mereka mengalami kecacatan.

Kehilangan fungsi control
-bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
-Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja.
-Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri

Gangguan body image

-sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
-Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ seksual.

STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI ANAK

Bagian integral dari keluargaàAnak

Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

Bagaimana reaksi orang tua ?

Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :
1.Tingkat keseriusan penyakit anak
2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga

Pada umumnya reaksi orang tua
1.Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan

Bagaimana reaksi sibling ?

Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah

Pengaruh pada fungsi keluarga
Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik

PENURUNAN PERAN ANGGOTA KELUARGA
POLA KOMUNIKASI
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.

HOW TO HELP THE CHILDREN COPE WITH HOSPITALIZATION ?
-Preparation for hospitalization is very important with children whenever time permits
-Visit to the hospital
-If the hospital have videos that parents and children can watch together. The best videos are those that are specific to the hospital to be used and those that are tailored to the specific illness and procedures the child with experience.
-The preparation techniques for specific procedures
-Letting the child know why she / he need to be in hospital and when she / he becoming home
-Let the child know what she / he will see, hear, smelt, feel and be expected to do. Reassure a child that he / she is not being punished for some thing they did wrong.
-Understand the child’s feelings, listen to his concerns, fears and fantasies. Remind him that it is ok to be scared or cry.
-Supporting the child
-Give adequate information
can help decrease some of that fear.à-Involve parents in caring children, rooming in

Bagaimana mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak
-Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
-Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
-Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
-Beri dukungan pada anak dan keluarga
-Beri informasi yang adekuat.

have a nive learning
by : masykur alawi

3. MELAKUKAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM MENCEGAH / MEMINIMALKAN DAMPAK HOSPITALISASI

REAKSI ANAK TERHADAP HOSPITALISASI

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

# Reaksi anak pada hospitalisasi :
1. Masa bayi(0-1 th)
Dampak perpisahan
Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2.Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan .Disini respon perilaku anak dengan tahapnya.
> Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
> Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
> Pengingkaran/ denial

- Mulai menerima perpisahan
- Membina hubungan secara dangkal
- Anak mulai menyukai lingkungannya

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
- Menolak makan
- Sering bertanya
- Menangis perlahan
- Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

Perawatan di rumah sakit :
- Kehilangan kontrol
- Pembatasan aktivitas

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga
menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau
bekerja sama dengan perawat.
4.Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan
meninggalkan lingkungan yang dicintai , klg, klp sosial sehingga menimbulkan
kecemasan

Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg, kehilangan klp sosial,perasaan takut mati,kelemahan fisik

Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal
5.Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh
kelompok sebayanya
Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut
Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol
Reaksi yang muncul :
> Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
> Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan
respon :
- bertanya-tanya
- menarik diri
- menolak kehadiran orang lain

# Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
& Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
Takut dan cemas,perasaan sedih dan frustasi:

Kehilangan anak yang dicintainya:
- Prosedur yang menyakitkan
- Informasi buruk tentang diagnosa medis
- Perawatan yang tidak direncanakan
- Pengalaman perawatan sebelumnya
&Perasaan sedih:
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain

&Perasaan frustasi:Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif,putus asa,menolak tindakan,menginginkan P.P
&Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS: Marah,cemburu,benci,rasa bersalah

INTEVENSI PERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI
Fokus intervensi keperawatan adalah
- meminimalkan stressor
- memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada anggota keluarga
- mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

# Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress
Dapat dilakukan dengan cara :
- Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan
- Mencegah perasaan kehilangan kontrol
- Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

#Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan
1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2. Modifikasi ruang perawatan
3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah
- Surat menyurat, bertemu teman sekolah

# Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

- Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.
- Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan
- Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain
- Memberi kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan

# Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
> Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri
> Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak
> Menghadirkan orang tua bila memungkinkan
> Tunjukkan sikap empati
> Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini dengan terbuka

# Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
> Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk belajar .
> Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak.
> Meningkatkan kemampuan kontrol diri.
> Memberi kesempatan untuk sosialisasi.
> Memberi support kepada anggota keluarga.

# Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit
> Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.
> Mengorientasikan situasi rumah sakit.
Pada hari pertama lakukan tindakan :
- Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya
- Kenalkan pada pasien yang lain.
- Berikan identitas pada anak.
- Jelaskan aturan rumah sakit.
- laksanakan pengkajian .
- Lakukan pemeriksaan fisik.

# Pengertian bermain
> Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari
> Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.

# Bermain merupakan kegiatan
- Menyenangkan / dinikmati
- Fisik.
- Intelektual.
- Emosi.
- Sosial.
- Untuk belajar.
- Perkembangan mental.
- Bermain dan bekerja

# Tujuan bemain di rumah sakit
> Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal selama di rawat
> Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya melalui permainan

# Prinsip bermain di rumah sakit
- Tidak membutuhkan banyak energi
- Waktunya singkat.
- Mudah dilakukan
- Aman
- Kelompok umur.
- Tidak bertentangan dengan terapi.
- Melibatkan keluarga.

# Fungsi bermain
- Aktifitas sensori motorik
- Perkembangan kognitif
- Sosialisasi
- Kreatifitas
- Perkembangan moral therapeutik
- Komunikasi.

# Klasifikasi bermain
I. Isi permainan
1. Sosial affective play
- Belajar memberi respon terhadap lingkungan

* Orang tua berbicara/memanjakan ---- anak senang,tersenyum,mengeluarkan suara,dll
2.Sense of pleasure play
------------Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek disekitarnya
----Bermain air/pasir
3. Skill play
-------->Anak memperoleh keterampilan tertentu
- Mengendarai sepeda,memindahkan balon,dll
4. Dramatic play/tole play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu
-->Berperan sebagai: Perawat,dokter,ayah,ibu,dll

# Karakteristik Sosial
1.Solitary play
Dilakukan oleh balita ( todler)
Bermain dalam kelompok 1 thn merupakan asyik dengan permainannya sendiri yang berlainan
- Dilakukan oleh balita atau pre school
- Bermain dalam kelompok, permainan sejenis,tak ada interaksi,tak tergantung
- Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi dengan
baik
- Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya
- Bermain dalam kelompok,aktivitas sama,tetapi belum terorganisasi dengan baik
- Belum ada pembagian tugas, bermain sesuai dengan keinginannya
- School age/ adolescant
------>Permainan terorganisasi terencana,ada aturan-aturan tertentu

# Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain
1. Tahap perkembangan anak
2. Status kesehatan
3. Jenis kelamin
4. Alat permain

======================================================


Tidak ada komentar: